Dosen : Cepi Kurniawan, S.Si., M.Si., Ph.D.
Disusun Oleh :
Kelompok 5 :
1.
Aprilia Kristian (4311417001)
2.
Muh. Agham M. (4311417006)
3.
Reva Novianis (4311417015)
4.
Findy Febriyani (4311417029)
5.
Rifatul Himah (4311417033)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMU
NIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2019
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAMU
NIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. TUJUAN
a.
Mensintesis
magnetit (Fe3O4) dari sampel FeCl3 dan FeSO4
b.
Memodifikasi
magnetit dengan template tapioka/ tepung kanji
c.
Mengkarakterisasi
magnetit dengan FTIR dan PSA
1.2. TINJAUAN
PUSTAKA
Dengan seiiring berkembangnya zaman, nanopartikel
magnetit bukan lagi merupakan hal yang sulit untuk di teliti. Dalam kemajuan
era ini, nanopartikel magnetit ini justru menjadi sesuatu yang sangat diminati
untuk diteliti karena mudahnya dalam berbagai pengaplikasian. Bahkan
imobilisasi dan pemisahan protein pun sudah dapat menggunakan nanopratikel
jenis magnetit ini.
Dalam sintesis magnetit ini terdapat beberapa metode
antara lain adalah metode kompresipitasi, metode hidrolisis dan metode
mikroemulsi. Metode kompresipitasi ini salah satu metode sintesis cukup
sederhana karena disini metode ini berprinsip pada pengendapan partikel dalam
keadaan melewati titik jenuhnya. Metode kompresipitasi ini memiliki keunggulan
dimana metode ini dapat dikontrol dengan suhu ruang dan dengan begitu
pengontrolan selama prosesi sintesis ini dapat dikontrol dengan mudah dan dapat
mempersingkat waktu (Taib, 2015).
Nanopartikel magnetit ini dapat digunakan salah satu
alternatif untuk membantu terapi penderita kanker. Pada umumnya penderita
kanker akan menjalani serangkaian kemoterapi. Berdasarkan yang kita tahu, efek
dari kemoterapi ini cukup berat bagi penderita, dimana obat-obatan yang
digunakan ini dapat merusak beberapa sel jaringan tubuh. Sebab itulah, para
peneliti terus giat mencari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. salah
satunya adalah dengan senyawa yang dapat memperingan masalah tersebut. disini Fe3O4
disini menjadi inovasi yang baik dimana nanopartikel tersebut dapat
dienkapsulasi dengan beberapa senyawa yang memiliki peranana penting untuk
melawan kanker, misalnya mangosteen (Ihsani,
2015).
Magnetite memiliki
rumus kimia Fe3O4 dan berbentuk spinel dengan sel unit
kubik yang terdiri dari 32 ion oksigen yang diantara celahnya ditempati oleh
ion Fe2+ dan Fe3+ (Hook, J, R & Hall, H, E,
1991). Untuk sintesis
nanopartikel Fe3O4 dengan
metode kopresipitasi adanya perbandingan atau rasio dari ion ferrous (Fe2+)
dan ion ferric (Fe3+) dalam keadaan basa (alkali) akan sangat
mempengaruhi hasil akhir sintesis. Efeknya meliputi rentang diameter ukuran
partikel dan sifat magnetite yang dihasilkan. Valensi garam logam yang
digunakan berperan penting dalam menentukan ukuran partikel (Iida et al.,
2007).
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1. ALAT DAN BAHAN
Alat
|
Ukuran
|
Jumlah
|
Gelas kimia
|
50 mL, 100 mL, 250 mL
|
2, 2,2
|
Gelas ukur
|
10 Ml
|
1
|
Labu ukur
|
250 Ml
|
1
|
Pengaduk magnet
|
1
|
|
Hot plate
|
1
|
|
Neraca analitik
|
1
|
|
pH meter/ kertas indikator pH
|
1
|
|
Botol semprot
|
1
|
|
Corong gelas
|
2
|
|
Gelas arloji
|
4
|
|
Oven
|
1
|
|
Desikator
|
1
|
|
Kertas saring Wattman
|
4
|
|
FTIR
|
1
|
|
PSA
|
1
|
|
Magnet permanen
|
2
|
Bahan
|
jumlah
|
FeSO4
|
1 gram
|
FeCl3
|
2 gram
|
Tapioka
|
1 gram: 1,2 gram
|
KBr
|
q.s
|
Aquades
|
q.s
|
NH4OH 10%
|
±250 Ml
|
2.2. METODE PENELITIAN
a.
Sintesis Magnetit
FeSO4 dan
FeCl3 dicampurkan kedalam aquades sebanyak 30 mL aquades. Diaduk
diatas hot plate magnetit stirer dengan kecepatan 450 rpm dengan suhu 60℃,
selama 90 menit. Selanjutnya diberikan NH4OH hingga magnetit
terbentuk atau hingga pH 12. Kemudian diendapkan dengan bantuan magnet
permanen. Setelah selesai, magnetit disaring
dan di cuci dengan aquades hingga bau NH4OH hilang atau hingga pH netral.
Setelah itu magnetit di keringkan dalam oven dengan suhu 100℃ selama 1 jam.
b.
Pencampuran dengan Tapioka
Magnetit yang telah
di keringkan tersebut, kemudia diambil beberapa gram untuk dimodifikasi dengan
tapioka. Yang pertama adalah tapioka dengan berbagai variasi konsentrasi
dicampurkan ke dalam aquades diatas stirrer selama 10 menit. Setelah itu,
magnetit dimasukkan kedalam larutan tersebut hingga tercampur. Yang kemudian di
endapkan dengan magnet pemanen selama 5 jam. Setelah itu, magnetit disaring dan
dicuci dengan aquades hingga netral. Selanjutnya dikarakterisasi dengan FTIR
dan PSA.
BAB III
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
Pada percobaan sintesis
magnetit dengan template tapioka yang dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik
Universitas Negeri Semarang ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana cara
pembuatan magnetit dengan energi rendah dan dapat mengkarakterisasi senyawa apa
yang terdapat dalam magnetit tersebut dengan cara FTIR. Dalam percobaan ini
digunakan jenis magnetit yang sama hanya dilakakukan beberapa modifikasi.
Modifikasi yang dilakukan adalah ada dua jenis yakni dengan penambahan tapioka
dengan konsentrasi 5% dan 10%.
Tujuan dilakukan modifikasi ini
adalah untuk membuktikan apakah magnetit ini dapat menjadi senyawa nanopartikel
atau tidak. Pada dasarnya magnetit ini memang senyawa nanopartikel yang berasal
dari sintesis FeSO4 dan FeCl3 dengan bantuan suasana basa
hingga pada akhirnya terbentuk magnetit. Magnetit sendiri meiliki rumus kimia
Fe3O4 yang berwarna hitam setlah akhirnya ia terbentuk.
Magnetit ini hanya akan terbentuk pada keadaan basa atau pH basa.
Pada waktu melakukan sintesis,
dilakukan dengan bantuan magnetit stirrer untuk membantu melakukan pengadukan
karena pada tahap ini harus dilakukan pengadukan terus hingga ia benar-benar tercampur
homogen. Stelah itu dilakukan penambahan larutan amonia, tujuan penambahan
amonia ini adalah untuk memberikan suasana basa supaya magnetit dapat
terbentuk. Dalam sintesis ini larutan amonia yang diperlukan sebanyak 35,5 mL
untuk mencapai pH basa. Disini pH yang dicapai dengan larutan amonia sebasar
itu adalah pada pH 11. Ini dilakukan pemberhentian penambahan sebab
keterbatasan waktu yang dimiliki ketika praktikum dan dirasa dengan pH 11 itu
sudah cukup basa untuk membentuk magnetit.
Setelah sintesis diperoleh
magnetit seberat 1,0013 gram. Diambil sebanyak 0,2 gram untuk masing-masing
konsentrasi untuk digunakan modifikasi dengan tapioka. Prinsip dari sintesis
dengan tapioka ini hampir sama dengan sintesis magnetit pada awalnya.
Penambahan atau digunakannya tapioka ini adalah untuk mengetahui ukuran
partikel nano dari magnetit ini. Apakah ia akan tetap menjadi nanopartikel.
3.1 Analisis Data FTIR
1)
Analisis Magnetit
Murni
Gambar 1. Aanalisis FTIR Magnetit pada FTIR |
Pada tabel spectrum diatas adalah identifikasi struktur molekul
senyawa pada Fe3O4 (magnetit). Sebelum menganalisa dengan FTIR, terlebih dahulu sampel yang akan
dianalisa harus dijadikan pellet. Pellet yang
dibuat harus bening agar dapat menerima interaksi
dengan sinar infrared yang ditembakkan melalui pellet. Pembuatan pellet
sampel menggunakan KBr dengan perbandingan yang
cukup besar, yaitu 1 : 10. pellet yang
dihasilkan tidak terlalu gelap / tebal dan
sulit ditembus infrared.
Oleh karena sampel yang digunakan berupa senyawa kompleks yang memiliki warna tertentu
maka penggunaannya sangat sedikit. Penggunaan sampel
yang sedikit ini agar dihasilkan spektra yang dapat terbaca dengan jelas dan
tidak bertumpuk. Digunakan KBr karena KBr tidak menghasilkan serapan pada IR
sehingga yang teramati secara langsung adalah serapan dari sampel. Pada
pembuatan pellet ini divakum karena didalamnya terdapat udara, vakum akan
menyedot udara sehingga sampel menjadi padat. Pellet yang dihasilkan
dianalisis dengan spektroskopi
FTIR Pada daerah puncak pertama berada pada frekuensi kisaran
3399.73cm-1 dan terdapat gugus O-H kemungkinan besar ini adalah
pengaruh aquades yang kita gunakan dan juga dalam praktikum kita banyak
berbicara sehingga terkena dalam magnetitnya, untuk daerah puncak kedua berada range frekuensi 1629.13cm-1
terdapat gugus C=C yang kemungkinan adalah pengotor, dan pada puncak ketiga
berada pada frekuensi 581.31 Serapan pada daerah ini menunjukkan bahwa
terdapat ikatan gugus logam dengan oksigen yaitu ikatan Fe-O dari Fe3O4
yang terbentuk
menunjukan adanya magnetit (Susilowati, 2012).
2)
Analisis Magnetit dengan Modifikasi Kanji 5%
Gambar 2. Analisis FTIR Magnetit dengan Modifikasi Kanji 5% |
Hasil analisis Magnetite dengan modifikasi kanji 10%
menghasilkan data seperti pada grafik 1.3, berdasarkan grafik tersebut diamati
bahwa pada panjang gelombang 3400,10 cm-1 merupakan gugus OH, gugus
OH didapatkan dari penambahan aquades yang digunakan sebagai penetral pada
proses Sintesis magnetite. Panjang
gelombang 1633,61 cm-1
merupakan gugus dari C=C (alkena), belum diketahui secara pasti
munculnya gugis C=C karena, berdasarkan semua bahan yang dipakai tidak memiliki
gugus C=C, diduga bahwa gugus tersebut merupakan zat pengotor atau kontaminan
selama praktikum. Panjang gelombang 1024.28 cm-1 merupakan spektrum
gugus C-OH. Hal ini membuktikan bahwa pada panjang gelombang 1024.28 cm-1 merupakan gugus fungsional dari kanji .
Sementara pada panjang gelombang 584,69 cm-1 merupakan gugus
merupakan gugus dari magnetite.
3)
Analisis Magnetit dengan Modifikasi Kanji 10%
Gambar 3. Analisis FTIR Magnetit dengan Modifikasi Kanji 10% |
Hasil analisis Magnetite dengan modifikasi kanji 10%
menghasilkan data seperti pada grafik 1.3, berdasarkan grafik tersebut diamati
bahwa pada panjang gelombang 3400,62 cm-1 merupakan gugus OH, gugus
OH didapatkan dari penambahan aquades yang digunakan sebagai penetral pada
proses Sintesis magnetite. Panjang
gelombang 1633,08 cm-1
merupakan gugus dari C=C (alkena). Panjang gelombang 1381 ,8 cm-1 merupakan spektrum gugus CH3 , yang merupakan salah
satu rantai pada amilum yang berikatan dengan OH atau N. Panjang gelombang
1028.14 cm-1 merupakan spektrum gugus C-OH, hal ini membuktikan
bahwa pada panjang gelombang 1381 ,8 cm-1 dan 1028.14 cm-1 merupakan gugus fungsional dari kanji .
Sementara pada panjang gelombang 583,34 cm-1 merupakan gugus
merupakan gugus dari magnetite.
Gambar 5. Analisis PSA magnetit dengan modifikasi amilum 10% |
Setelah
dilakukan analisis dengan dengan PSA diperoleh z average sebesar 3154,5 nm
untuk magnetit tanpa modifikasi kanji dan 3242,6 nm untuk magnetit dengan
modifikasi kanji. Dengan ditambahnya kanji ini z average nya semakin besar hal
tersebut dikarenakan adanya gaya adhesi kohesi dari amilum terhadap magnetit. Hal
ini menyebabkan magnetit tersebut tidak dapat terpisah secara sempurna sebab
hal tersebut. berdasarkan hal tersebut, semakin kecilnya suatu partikel
dipengaruhi oleh zat yang digunakan sebagai templatenya.
Magnetit tanpa modifikasi setelah dilakukan analisis muncul tig peak, yani rata-rata ukurannya 0.1 , 112.1 , 6026.1 nm dengan standar deviasi berturut-turut 0.1 , 13.7 , 903.1 nm. ukurannya masing-maing masih terdapat beberapa erbedaan ukuran antar partikel yang muncul diketiga peak tersebut. Selanjutnya, untuk magnetit dengan modifikasi muncul rata-rata sebear 10.5 dan 90.4nm dengan standar deviasi sebesar 0.6, 0.5 nm.
Magnetit tanpa modifikasi setelah dilakukan analisis muncul tig peak, yani rata-rata ukurannya 0.1 , 112.1 , 6026.1 nm dengan standar deviasi berturut-turut 0.1 , 13.7 , 903.1 nm. ukurannya masing-maing masih terdapat beberapa erbedaan ukuran antar partikel yang muncul diketiga peak tersebut. Selanjutnya, untuk magnetit dengan modifikasi muncul rata-rata sebear 10.5 dan 90.4nm dengan standar deviasi sebesar 0.6, 0.5 nm.
Jika untuk
tamplate kanji ini emakin kita beri kanji maka ukuran nanopartikel ini semakin
besar. Dilain halnya jika menggunakan template yang lain, yang seharusnya dapat
membuat magnetit ini semakin kecil atau semakin nanopartikel ukurannya. Sebab
itulah dalam sintesis ini dilakukan modifikasi sebab kita ingin mengetahui apa
bedanya jika magnetit tanpa modifikasi dengan magnetit yang dimodifikasi dengan
kanji. Ternyata memang benar, bahwa dengan adanya modifikasi ini dapat
memperngaruhi ukuran dari partikel tersebut.
Disini kedua hasil PSA ini menunjukkan bahwa besarnya
nilai PI nya cukup tinggi yakni 2,573 dan 2,696. Nilai PI ini menunjukkan
keseragaman ukuran partikel kita. Disini nilainya begitu besar bahkan lebih
dari angka 2. Nilai PI yang bagus itu sama dengan 1 atau tidak boleh lebih dari
1. Sama dengan 1 itu berarti menunjukkan bahwa keseragaman ukuran partikel kita
sama semua. Namun jika seperti hasil yang dieproleh mencapai nilai 2 lebih ini
menunjukkan bahwa partikel kita itu kurang segaram. Hal tersebut dapat
disebakan oleh kurangnya penumbukan pada partikel tersebut atau mungkin
dikarenakan pada waktu pencampuran dengan HCl dan proses sonikasinya kurang
lama. Memang benar adanya, terjadi kesalaan ketika praktikum yakni pada proses
sonikasi tidak dicatat waktunya sehingga tidak dapat didektahui secara jelas
mengapa terjadi perselisihan PI nya begitu besar.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1) Dalam
mensintesis magnetite (Fe3O4) dari sampel FeCl3 dan
FeSO4 dengan menggunakan metode kopresipitasi sehingga menghasilkan serbuk magnetite berwarna hitam.
2) Dalam
memodifikasi magnetite dengan tepung kanji dapat diketahui bahwa ketika
penambahan kanji maka magnetite tidak mudah berikatan satu sama lain karena
adanya partikel dari kanji yang dapat menghalangi ikatan antar magnetite
tersebut, sehingga penambahan kanji dapat mempengaruhi saat karakterisasi
magnetite.
3) Untuk
karakterisasi magnetite dengan FTIR dan PSA diperoleh beberapa data yaitu :
·
FTIR
:
Untuk magnetite
tanpa tepung kanji terbentuk pada gelombang bilangan 581,31 cm-1
Untuk magnetite
+ kanji 5% terbentuk pada gelombang
bilangan 584,90 cm-1
Untuk magnetite
+ kanji 10% terbentuk pada gelombang bilangan 588,34 cm-1
·
PSA
:
Untuk magnetite
low energy tanpa tepung kanji diperoleh data ukuran partikel sebesar 3154,5 nm
Untuk magnetite
low energy + kanji diperolah data ukuran partikel sebesar 3242,6 nm
Sehingga pada
karakterisasi menggunakan PSA dapat diketahui bahwa magnetite tidak dapat
terpisah secara sempurna karena adanya gaya adesi-kohesi pada kanji membuat
ukuran partikel menjadi lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Hook,
J. R & Hall, H.E., 1991. Solid State
Physics, 2nd Edition, John Willey & Sons :
England/Chichester. Halaman 241
Ihsani,
Sri Indah, dkk. 2015. Enkapsulasi Nanopartikel Superparamagnetik Fe3O4
Menggunakan Kitosan dan Alginat Yang Diimpregnasi
Mangosteen Serta
Modifikasi Morfologi Menggunakan Kitosan dan Tapioka.
Research and
Development on
Nanotechnology in Indonesia. Vol. 2 (2). Halaman
91-98
Taib,
Suryani, dan Edi Suharyadi. 2015. Sintesis Nanopartikel Magnetite (Fe3O4)
Dengan
Template Silika (SiO2) dan Karakterisasi
Sifat Kemagnetannya. Indonesian
Journal of
Applied Physics. Vol. 5 (1). Halaman 23
Sholihah, Lia Kurnia. 2010. Sintesis Dan Karakteristik
Partikel Nano Fe3o4 Yang Berasal Dari Pasir Besi dan Fe3o4 Bahan Komersial
(Aldrich). Jurusan Fisika. Institut Teknologi Sepuluh November
Tidak ada komentar:
Posting Komentar